إِنَّ الطَّرِيْقَ إلىَ الجَنَّةِ اَحْتِمَالُ المَكَارِهِ وَالطَّرِيْقُ إِلَى النَّارِ اتِّبَاعُ الشَّهَوَاتِ
“Sesungguhnya jalan menuju surga itu dengan menanggung hal-hal yang tidak disukai; dan jalan menuju neraka itu dengan mengikuti nafsu birahi.”
🔎 PENJELASAN:
- Siapa yang selalu bersenang-senang di dunia dengan mengikuti hawa nafsunya, maka ia akan letih di akhirat karena menghadapi hisab yang sulit dan siksa yang berat.
- Siapa yang berletih-letih di dunia untuk ibadah maka ia akan mendapatkan kesenangan yang abadi di surga-Nya kelak.
- Hal ini sesuai dengan apa yang disabdakan oleh hadist berikut ini. Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim)
- Jika engkau enggan pergi ke Masjid saat azan berkumandang maka ingatlah bahwa surga itu dikelilingi dengan hal yang dibenci.
Jika kewajiban membayar zakat telah tiba, lalu muncul sifat kikir maka ingatlah bahwa surga itu diliputi dengan hal yang dibenci oleh jiwa.
Jika waktu puasa telah tiba lalu engkau enggan melaksanakannya, maka ingatlah ada pintu surga yang bernama “rayyan” dimana tidak ada yang memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa.
Jika jiwamu berat untuk berbakti kepada orang tua, maka ingatlah bawa surga ada di bawah telapak kakinya.
- Jika jiwamu tergoda untuk memakan harta anak yatim dan riba, ingatlah neraka itu akan menjadi tempat kembali mereka yang mengikuti hawa nafsunya.
Jika dirimu tergoda untuk melihat film-film yang mengumbar aurat saat sendiri, maka ingatlah ada neraka Allah yang begitu berat siksanya.
- Ingatlah firman Allah,
“ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ
“Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53).
Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) menjelaskan tentang ayat di atas:
“Karena watak nafsu manusia ialah gemar menyuruh berbuat buruk. Karena nafsu manusia selalu cenderung untuk mengikuti apa yang disukainya dan sulit dicegah. Kecuali nafsu-nafsu yang dirahmati oleh Allah, sehingga terlindung dari kebiasaan menyuruh berbuat buruk. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang bagi hamba-hamba-Nya yang bertobat.”
- Jalan menuju surga dilalui dengan kesulitan dan cobaan! hal ini senada dengan apa yang Allah firmankan:
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqarah: ini 214)
Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas dan Abu Aliyah, Mujahid, Said bin Jubair, Murrah Al -Hamdani, Al Hasan, Qatadah, Ar-Rabi’, Assu’di dan Muqotil bin Hayan berkata mengenai ayat Allah البأساء yaitu kefaqiran , الضراء “ Penyakit “, sedangkan زلزلوا yaitu merasa takut dengan musuh dengan ketakutan yang luar biasa dan diuji dengan ujian yang sangat berat.