KETIKA MAKSIAT DISEMBUNYIKAN

Oleh : Ust Faisal Kunhi S.Ag, MA

إِنَّ المَعْصِيَةَ إِذَا خَفِيْتَ لاَ تَضُرُّ إِلاَّ إِلَى صَاحِبِهَا وإِنْ ظَهَرَتْ عَمَّ ضَرَرُهَا

“Sesungguhnya maksiat itu jika (dikerjakan dengan) sembunyi-sembunyi tidak membahayakan, kecuali hanya bagi pelakunya, namun jika dikerjakan dengan terang-terangan akan menyebarlah bahayanya.”

???? PENJELASAN:

  1. Jika seseorang pernah melakukan dosa maka janganlah menceritakannya yang akan timbul rasa bangga bahwa ia berani melakukannya dan itu bisa menjadi sarana promosi maksiat yang dilakukan, dan mereka yang mendengarkannya akan penasaran untuk melakukannya.
  2. Seorang yang memiliki pengaruh atau yang disebut influencer ketika melakukan maksiat di akun yang dia miliki , maka dosanya akan menjadi lebih besar karena dia mendapatkan dosa dari setiap orang yang terinspirasi dari sikapnya itu.

Hal ini sesuai dengan apa yang disabdakan Nabi saw,

“ مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ .ومَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

“Barangsiapa yang mengerjakan dalam Islam, sunnah yang baik maka ia mendapat pahalanya dan pahala orang yang mengkutinya tanpa mengurangi pahala orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengerjakan dalam Islam, sunnah yang jelek maka ia mendapat dosanya dan dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa orang yang mengikuti mereka sedikitpun.” (HR. Muslim no. 1017)

  1. Ciri orang yang bertaubat adalah menyesal dan ciri orang yang menyesal adalah dia menutupi dosa-dosanya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pula, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

“Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam bermaksiat. Yaitu seseorang yang telah berbuat dosa di malam hari lantas di pagi harinya ia berkata bahwa ia telah berbuat dosa ini dan itu padahal Allah telah menutupi dosanya. Pada malam harinya, Allah telah menutupi aibnya, namun di pagi harinya ia membuka sendiri aib yang telah Allah tutupi.” (HR. Bukhari, no. 6069 dan Muslim, no. 2990)

  1. Di antara bentuk berbuat maksiat secara terang-terangan adalah mereka yang berbuat maksiat sambil tertawa, dan ingatlah siapa yang bermaksiat sambil tertawa maka dia akan masuk neraka sambil menangis.

5 . Al Quran mencela mereka yang melakukan maksiat secara terbuka, Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nur: 19)

Dr. Wahbah Zuhaili mengomentari ayat di atas sebagai berikut, “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar berita perbuatan yang amat keji itu yaitu zina, tersiar di kalangan orang-orang yang beriman yang selalu menjaga diri, maka bagi mereka azab yang pedih di dunia dengan didera dan di akhirat dengan azab neraka. Allah Maha mengetahui atas apa yang tersembunyi dan juga yang tampak, sedang kamu tidak mengetahui.”

  1. Namun bagi orang-orang yang shaleh atau penyeru kebajikan, bermaksiat ketika sendiri adalah bentuk kemunafikan. Mereka tampak shalih ketika di hadapan jama’ahnya namun ketika sendirian, mereka merobek tabir untuk menerjang yang dilarang Allah dan itulah yang membuat amal mereka terhapus.

Hal ini senada dengan hadist berikut ini,
Dari Tsauban, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata,

“Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 4245.

  1. Mereka yang suka bermaksiat saat sendiri ini disindir oleh Allah dalam surah An Nisa ayat 108 :

يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا

“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.”(QS. An-Nisa’: 108)

Ayat ini adalah peringatan terhadap orang-orang munafik karena mereka menyembunyikan keburukan-keburukan mereka dari manusia agar manusia tidak mengingkari mereka, namun dengan Allah mereka berani terbuka” Tafsir Ibnu katsir).

Leave a Reply