إِذَا زَلَّ العَالِمُ زَلَّ بِزِلَّتِهِ عَالَمٌ
“Jika seorang alim tergelincir, maka dunia pun ikut tergelincir“
🔎 PENJELASAN:
- Seorang yang alim harus menjadi teladan dalam perkataan dan perbuataannya.
Slogan mereka adalah:
“ أَصْلِحْ نَفْسَكَ وَادْعُ غَيْرَكَ
“Perbaiki dirimu, kemudian ajaklah orang lain”
dan,
أَقِمْ دَوْلَة َالِإسْلاَمِ فِى قَلْبِكَ تَقْمُ فِى أَرْضِكَ “
”Tegakkan daulah Islam di hatimu, niscaya dia akan tegak di hatimu, karena pribadi seorang da’i mempunyai pengaruh besar bagi keberhasilan dakwah dan penyebaran risalah.”
- Jika seorang alim tidak bisa lagi menjadi teladan, maka hancurlah nilai-nilai dalam masyarakat karena mereka kehilangan sosok yang bisa dijadikan teladan.
- Islam itu tersebar sampai ke Indonesia melalui para pedagang bukan melalui ulama. Walaupun pedagang, para pedagang itu berhasil menampilkan dirinya sebagai seorang muslim yang patut diteladani karena mereka terpercaya dan jujur.
- Agama sejati tidak bisa tersebar dan berkembang kecuali dengan menampilkan keteladanan terlebih dahulu, dan Allah telah menjadikan bagi manusia ujian berat dalam menjalankan agama ini. Ujian itu bagi da’i yang mukhlish berarti kenikmatan dunia dan keindahannya (Jum’ah Amin).
- Seorang ulama bukanlah seorang yang ma’shum (terpelihara dari dosa) sehingga bisa saja ia tergelincir dan hendaknya kita juga bisa memaklumi.
Ibnul Qayyim mengatakan,
إِنَّ الْعَالِمَ قَدْ يَزَلُّ وَلَا بُدَّ إِذْ لَيْسَ بِمَعْصُوْمٍ
“Ada kalanya seorang Ahli Ilmu itu tergelincir/keliru, dan itu adalah keniscayaan, sebab Ahli Ilmu bukanlah orang yang terbebas dari dosa dan kesalahan.” (I’lamul Muwaqi’in, Ibnul Qayyim al-Jauziyah, 3/453)
- Jika kita mendapatkan seorang ulama tergelincir, maka jangan kita bersikap berlebihan dengan menghapus seluruh kebaikan dan jerih payahnya dalam dakwah; kita bisa mengklarifikasi kepada ulama lain tentang ketergelincirannya dan meminta kepada ulama yang khilaf tersebut untuk mengikutinya.
- Jika kita mendapatkan seorang ulama tergelincir maka jangan kita share informasi tersebut kepada masyarakat luas yang tidak mengerti karena itu bisa memperluas kerusakan dan menjadi fitnah.
Ibrahim an-Nakha’i mengatakan,
لَا تُحَدِّثُوا النَّاسَ بِزَلَّةِ الْعَالِمِ، فَإِنَّ الْعَالِمَ يَزَلُّ ثُمَّ يَتْرُكُهَا
“Jangan kalian sebar kasus tergelincirnya seorang Ahli Ilmu, karena pada hakikatnya seorang Ahli Ilmu itu jika saja tergelincir ia akan meninggalkan ketergelincirannya.” (Ihya’ Ulumid Din, Al-Ghazali, 2/183).