Seorang Yahudi dengan wajah tampan dan penampilan yang nyentrik berada di forum diskusi yang penuh yang diselenggarakan oleh Khalifah Ma’mun Al Abbasi
Pada saat diskusi berlangsung, pemuda Yahudi itu ikut berbicara memberikan ide dan gagasannya. Saat sedang bicara, ternyata khalifah Ma’mun mengetahui identitas pemuda tersebut.
“Kamu Yahudi kan?“ tanya Ma’mun dengan berbisik
Dengan penuh harap pemuda itu menjawab, “Aku mohon paduka tidak membuka tentang siapa saya dan agama saya.”
Lalu Ma’mun menawarkan sesuatu sambil berkata pelan, “Jika anda masuk Islam, aku akan memberikan hadiah utk kamu dan memberikan perlindungan dari kaum mu. Tidak boleh ada seorang pun yg boleh mengganggu anda.”
“Mohon maaf yang mulia, agama ku dan agama moyang ku melarang aku utk memeluk islam. Aku berharap Baginda tidak mengganggu ku. Biarkan waktu yg akan membuktikan. Saya akan merenung, jika aku mendapatkan jawaban dari perenunganku, maka aku akan mendatangi paduka.” ucap pemuda Yahudi
Si Yahudi meninggalkan forum diskusi yang diadakan khalifah Ma’mun.
Setahun kemudian…
Lelaki Yahudi itu datang kembali dengan agama barunya; Islam.
Kali ini ia berbicara tentang fiqh dengan luar biasa dan sangat menguasai permasalahan yg berkembang bahas. Begitu pula halnya ketika ia menyampaikan tentang kandungan isi Al Qur’an. Khalifah dan orang-orang yang hadir merasa takjub dan tercengang.
Setelah kajian forum tersebut berakhir, Ma’mun memanggil lelaki itu dan bertanya, “Bukan kah anda Yahudi yg waktu itu minta waktu utk merenung?”
Lelaki itu menjawab, “Benar”.
“Lantas, apa yg membuat anda masuk Islam?! Bukankah waktu itu anda menolak masuk islam ketika saya ajak.” tanya Khalifa penuh selidik.
Lelaki itu kemudian menjelaskan,
“Aku ini memiliki keterampilan menulis dengan tulisan yg bagus. Dengan keterampilan itu lah saya menulis 3 buah Taurat. Diantara tiga buah Taurat itu ada yang aku tambah dan ada yg aku kurangi. Kemudian aku jual taurat itu di pasar. Semua laku terjual dan tidak ada diantara mereka yg protes atau komplen.”
Lalu lelaki itu melanjutkan,
“akupun kembali menulis 3 buah kitab Injil. Ada yg aku tambah dan aku kurangi dalam penulisannya. Akupun menjualnya di Gereja. Mereka membelinya dariku.”
Namun ketika aku menulis 3 buah mushaf Al Qur’an, akupun menambah dan mengurangi isinya. Lalu aku edarkan mushaf itu kepada para penghafal Qur’an.
Ketika mereka melihat dan membaca lembar perlembar, ternyata mendapatkan adanya penambahan dan pengurangan. Dengan seketika mereka marah dan melempar mushaf itu ke muka saya. Dari kejadian itu saya tau bahwa kitab itu sangat terjaga. Lalu akupun teringat salah satu ayat dalam kitab kalian perkataan sang pencipta
{ أنا نحن نزلنا الذكر وانا له لحافظون } سورة الحجر
Mushaf ini adalah kitab yg haq. Tidak ada yang bathil didalamnya. Itulah yang menjadi penyebab keislamanku. Seketika itu juga aku mengucapkan dua kalimat syahadat.
Sumber
- كتاب المنتظم فى تاريخ الملوك والأمم لابن الجوزي
(Al-Munazhom fie Tarikhil Muluk wal Umam, karya Ibnul Jauzi)