Depok (7/12) – Hari kedua Rapat Pimpinan Nasional HDMI 2019 diwarnai dengan kisah seru dari Papua. Rifki Rifa’at, S.Pd.I., Dai Muda di Papua berbagi kisah dakwah kepada seluruh peserta setelah menunaikan shalat Shubuh berjamaah.
“Gaharu yang ada di hutan Papua, itu tidak berguna kecuali setelah ia keluar dan memberikan manfaat. Dengan begitu ia baru punya nilai,” ujarnya memotivasi peserta dengan menafsir surat Ali Imran ayat 110 sebagai permisalan.
“Ikan Arwana di Papua itu tiga ekor seratus ribu, tapi dibawa ke Makassar jadi satu juta. Jadi nilai kita ini ketika kita mampu keluar memberikan manfaat kepada manusia,” tambahnya.
Lalu ia bercerita tentang awal mula dakwah di Papua pada tahun 2010. “Saat pertama kali tiba di Papua tahun 2010, saya bisa ada jadwal pengajian lima sampai tujuh kali dalam sehari. Lebih sibuk dari Kyai Gymnastiar,” candanya membandingkan dengan Aa’ Gym. Hadirin yang menyimak pun tertawa.
Pria asal Bugis itu telah menikah dalam perantauan di Papua. Kini ia mendapat amanah di Komisi Fatwa MUI Papua. Dakwah di Papua memang tidak mudah. Selain jarak dan medan tempuh yang rumit, ancaman kejahatan di tengah perjalanan, juga masyarakat yang sangat sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan di ladang. “Pernah suatu ketika saya berpikir untuk kembali ke kampung halaman. Tapi saat itu yang membuat saya berpikir ulang adalah pertanyaan bapak-bapak di sana, pengajian-pengajian antum ini siapa yang akan melanjutkan kalau antum pulang?”
Akhirnya ustadz Rifki pun urung kembali ke kampung halamannya. Ia terus melanjutkan dakwahnya, bahkan kini membuka lahan dakwah di Walesi, pedalaman Wamena, serta kabupaten lainnya di daerah pegunungan yang meliputi kampung-kampung muslim di Jayawijaya dan Tolikara.
Dai Muda Asal Aceh Pun Ikut Menyemangati
Selain dari Papua, Rapimnas HDMI tanggal 6 – 7 Desember 2019 di Hotel Bumi Wiyata – Depok juga dihadiri oleh Dai Muda dari Aceh. “Ketika bersabar, maka kita akan bersama Allah. Bersama Allah itu tidak hanya dimaknai ketika kita wafat lalu masuk surga. Hidup di dunia saja ketika dalam naungan Allah, itu bersama Allah,” kata Tuanku Muhammad pemuda asal Aceh, menyimpulkan pentingnya bersabar dalam berdakwah.
“Sabar itu macam-macam. Ada sabar terhadap perintah Allah, sabar dalam meninggalkan larangan Allah. Semua kehidupan ini butuh kesabaran. Termasuk kita bisa dilahirkan di bumi, juga karena ibu kita sabar,” tambahnya.
Mengoptimalisasi Dai Muda di Era Digital
Hari kedua ini adalah hari terakhir Rapimnas HDMI, yang akan diisi dengan diskusi tentang panduan Dai Muda yang telah dirumuskan oleh Pimpinan Pusat HDMI.
Terkait pentingnya peran Dai Muda di era digital, Rusiandi, S.Pd.I. sebagai salah satu peserta asal NTB juga membenarkannya. “Dakwah millenial sedang kasmaran,” ujar pemuda yang juga merupakan penyuluh Kemenag Mataram itu.
Meskipun demikian, munculnya Da’i-Da’i Muda ini perlu dilengkapi dengan pemahaman dakwah yang benar, agar semangat dakwah millenial tidak hanya muncul sesaat dan mudah padam.
“Bukan antum yang memberikan hidayah, bukan Nabi dan Rasul. Tapi Allah ingin melihat kerja-kerja dakwah kita,” pesan Andi Hadi Ibrahim, peserta asal Sulawesi Selatan yang banyak berinteraksi dengan generasi millenial karena menjadi dosen di 6 kampus.
Himpunan Dai Muda Indonesia (HDMI) sendiri dalam mengoptimalkan Da’i Muda sangat konsen pada proses dakwahnya. Oleh karenanya, Pimpinan Pusat HDMI menyampaikan kebutuhan-kebutuhan yang terkait dengan proses dakwah para Da’i Muda, seperti ragam materi dan sarana-sarananya.[]