HATI HATI DENGAN HARTA

Harta memang menggiurkan. Terlebih pada zaman ini, pemilik harta yang banyak akan mendapatkan kemudahan, keistimewaan, dan kewibawaan lebih dibanding mereka yang miskin. Pada konteks ini, harta seringkali diterjemahkan sebagai uang. Bahkan, ada guyonan yang mengatakan, “Ada uang semua mulus, gak ada uang akan mampus”.

Uang sendiri merupakan alat tukar transaksi manusia pada beberapa abad terakhir. Akibat tingginya value yang diberikan oleh uang, maka orang orang belomba-lomba untuk mencari dan menimbun uang sebanyak-banyaknya.

Jika kita sadari, semua harta yang didapat akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWT pada hari akhir nanti. Segala nikmat yang manusia nikmati, akan ditanya oleh Allah SWT. Dari mana harta itu, untuk apa harta itu digunakan, dan kepada siapa kamu memberikan harta itu. Selain itu Allah memberikan peringatan dan ancaman kepada mereka yang bermegah-megahan dengan harta. Allah berfirman.

أَلْهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ Ø حَتَّىٰ زُرْتُمُ ٱلْمَقَابِرَ Ø كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ Ø ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ Ø كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ ٱلْيَقِينِ Ø لَتَرَوُنَّ ٱلْجَحِيمَ  Øثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ ٱلْيَقِينِ Ø ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ     

(QS. At-takatsur [102]: 1-8) 

(1) Bermegah-megahan telah melalaikan kalian (2) Sampai kamu masuk ke dalam kubur (3) Sekali-kali tidak! Kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu) (4) kemudian sekali-kali tidak! Kelak kalian akan mengetahui (5) Sekali-kali tidak! Sekiranga kalian mengetahui dengan pasti (6) niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka Jahim (7) kemudian kalian benar-benar akan melihatnya dengan kepala sendiri (8) Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).

Prof. Hamka menafsirkan ayat pertama bahwa “kamu telah lalai, lengah, dan berpaling dari tujuan hidup sejati. Kamu tidak lagi memerhatikan kesucian jiwa, kecerdasan akal memikirkan hari esok. Kamu lengah akan mempersiapkan kematian dalam hidupmu bahkan melupakan hubungan dengan Allah sang Pencipta Alam dan Dirimu. Kamu telah lalai dan lengah untuk mempersiapkan itu semuanya, karena kamu telah diperdaya oleh kemegahan harta benda. Sampai-sampai kamu berbangga diri kepada sesama manusia bahwa, “Äku orang kaya”, “Aku banyak harta!”, “Aku mempunyai keluarga besar, banyak anak dan banyak cucu.” Padahal semua itu adalah dunia yang fana.“ [1]

Harta yang dikejar-kejar oleh manusia, sejatinya adalah titipan sementara yang tidak dibawa mati. Sehingga pada ayat kedua Ulama Minangkabau; Prof Hamka menafsirkan bahwa kematian merupakan pembatas antara dunia dengan alam selanjutnya. Ketika seseorang meninggal maka mustahil untuk bisa kembali ke dunia, sehingga manusia-manusia yang lalai akan akhirat merasa putus asa dan hilang harapan akibat lalai dan sibuk mengumpulkan harta, mengejar tahta, mendapatkan wanita, ataupun membuat keluarga hingga menggadaikan akhiratnya dengan dunia yang hina. Masuk ke dalam kubur pada ayat kedua juga bermakna mati. Karena Sebagian ulama memakai ungkapan kata kubur, yaitu serambi akhirat.

            Selanjutnya ayat ketiga hingga kelima, menjelaskan bahwa kita akan benar benar melihat bahwa tidak ada gunanya berlomba-lomba membanggakan harta, lalai karena dunia, mengejar pangkat di saat masuk ke alam kubur. Sekali-kali tidak bermanfaat segala macam obsesi dunia yang kita kejar. Hanya satu hal yang bermanfaat, yaitu amalan baik di dunia yang diniatkan karena Allah SWT. Kelak kamu akan tahu dan menyaksikan sendiri alam kubur, barzakh, hari kebangkitan, hari kiamat.[2]

            Ayat keenam sampai delapan, Prof Hamka menjelaskan bahwa, “Kamu (manusia-manusia lalai) benar benar akan melihat neraka Jahim. Sebagaimana Rasulullah diperlihatkan surga dan neraka, kemudian rasul menggambarkan kedua tempat yang telah Allah siapkan untuk manusia dan jin, maka benarlah perkataan Rasulullah tentang neraka dan surga. Karena Rasulullah merupakan insan yang Allah jaga lisannya dari kebohongan sedikitpun. Kepercayaan dan keyakinan akan melihat neraka akan semakin bertambah ketika seseorang sudah berada di alam kubur. Sesungguhnya ia akan melihatnya dengan mata kepala sendiri sehingga bertambah keyakinannya dan semakin kuat gambaran neraka tersebut. Sungguh, semua kenikmatan yang diberikan di dunia, akan ditanya dan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.  

            Hikmah yang bisa kita ambil dari surat At-takatsur ini adalah:

  1. Setiap Muslim harus hati-hati terhadap harta yang dimiliki karena semua itu akan dipertanggungjawabkwan pada yaumil hisab.
  2. Makna bermegah-megahan bukan berarti seorang Muslim tidak boleh menjadi orang kaya, akan tetapi perlunya pemahaman dan aplikasi yang benar terhadap harta sehingga di saat Allah memberikan nikmat harta yang banyak bisa dikelola dan disalurkan kepada orang yang tepat.
  3. Arti bermegah-megahan adalah berlomba-lomba dalam harta, tahta, wanita, keluarga menimbun asset bergerak dan tidak bergerak. Aset bergerak seperti motor, mobil, saham, dan bisnis. Adapun asset tidak bergerak seperti tanah, rumah, apartemen, tabungan, deposito, dll,
  4. Dunia yang dikejar merupakan fatamorgana dan fana. Terlihat menarik namun penuh dengan intrik. Jika dunia tidak mampu dikelola dengan baik akan menggelincirkan ke neraka. Sebaliknya, jika dunia bisa diposisikan dengan tepat akan menghantarkan kita ke dalam surga.
  5. Surga itu benar adanya, neraka itu juga benar. Rasullullah diperlihatkan kedua tempat tersebut dan kemudian menggambarkan kepada para sahabat. Para sahabat dapat melihat gambaran yang divisualisasikan oleh Nabi dan mereka tergerak untuk menyiapkan bekal sebaik mungkin di dunia.            

[1] Hamka, Tafsir Al-Azhar (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 1989) Jil.10, h.8097

[2] Hamka, Tafsir Al-Azhar (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 1989) Jil.10, h.8098

Leave a Reply